Kenapa Aku Beralih dari Plausible ke Fathom Analytics Ini yang Kamu Perlu Tahu

Kenapa Aku Beralih dari Plausible ke Fathom Analytics Ini yang Kamu Perlu Tahu
Photo by Roman Mager/Unsplash

Halo semuanya! Semoga kabar kalian baik-baik saja ya. Buat kamu yang sering nongkrong di dunia digital, terutama yang punya website atau blog sendiri, pasti tahu dong betapa pentingnya data analytics. Nggak cuma buat gaya-gayaan, tapi beneran vital buat ngertiin siapa pengunjungmu, dari mana mereka datang, dan apa aja yang mereka lakuin di website kita. Nah, aku mau cerita sedikit pengalaman pribadiku yang mungkin bisa jadi insight buat kamu semua. Aku ini udah lumayan lama pakai Plausible Analytics, sebuah tools analytics yang keren banget karena fokus ke privasi. Tapi, setelah sekian lama, aku memutuskan untuk beralih ke Fathom Analytics. Kok bisa? Ada apa gerangan? Yuk, kita bahas bareng-bareng sampai tuntas, biar kamu tahu juga "ini yang kamu perlu tahu" dari pengalamanku.

Awal Mula Kenal Plausible: Sang Juara Privasi

Dulu, kayak kebanyakan orang, aku juga pakai Google Analytics. Gratis sih, fiturnya seabrek, data melimpah ruah. Tapi, makin ke sini, aku makin sadar sama pentingnya privasi data, baik buat aku sebagai pemilik website maupun buat pengunjung. Isu GDPR, CCPA, dan regulasi privasi lainnya bikin aku mikir keras. Pengunjung itu berhak atas privasi mereka, dan aku nggak mau jadi bagian dari "pengumpulan data besar-besaran" yang seringkali kurang transparan.

Akhirnya, aku nemuin Plausible Analytics. Kesan pertamaku? "Wow, sesimpel ini toh analytics?" Plausible ini bener-bener minimalis banget. Dashboard-nya bersih, mudah dipahami, dan yang paling penting, klaimnya 100% privacy-friendly. Nggak pakai cookie, nggak ngumpulin IP address, nggak ngelacak pengunjung secara individual. Semua data itu dianonimkan. Pokoknya, pakai Plausible itu rasanya tenang banget, kayak lagi liburan di pantai tanpa gangguan sinyal. Aku bisa ngeliat jumlah pengunjung, halaman populer, sumber trafik, dan lain-lain tanpa merasa "mengintip" privasi orang lain. Buat startup kecil, personal blog, atau project yang mengedepankan etika data, Plausible ini pilihan yang super menarik. Setup-nya gampang, integrasinya juga lancar. Selama beberapa waktu, Plausible ini bener-bener jadi tools andalanku.

Kenapa Hati Ini Berpaling? Ada Apa dengan Plausible?

Oke, jadi kalau Plausible sebagus itu, kenapa aku pindah haluan? Ini dia bagian yang mungkin kamu penasaran. Jujur aja, Plausible itu bagus banget buat yang pengen data analytics simpel dan privat. Tapi, seiring berjalannya waktu dan website-ku yang makin berkembang, ada beberapa hal yang mulai kerasa "kurang" di Plausible:

  1. Keterbatasan Fitur Lanjutan: Plausible memang sengaja didesain minimalis. Ini jadi kekuatan sekaligus kelemahan. Aku mulai butuh fitur yang lebih "advanced" tapi tetap dalam koridor privasi. Misalnya, aku pengen bisa bikin custom events yang lebih spesifik atau conversion goals yang lebih fleksibel tanpa harus ngoprek kode terlalu dalam. Di Plausible, prosesnya ada, tapi kadang kerasa agak kaku atau butuh workaround yang lebih rumit.
  2. Reporting yang Kurang Fleksibel: Plausible punya fitur email report, tapi opsinya terbatas. Aku pengen bisa ngirim report mingguan atau bulanan dengan data summary yang lebih personalisasi ke beberapa pihak, atau mungkin bikin snapshot performa tertentu secara otomatis. Di Plausible, report-nya lumayan standar.
  3. Masalah Data Blocking oleh Ad Blocker: Nah, ini nih yang jadi game changer buatku. Meskipun Plausible privacy-friendly, script-nya itu masih bisa dideteksi oleh beberapa ad blocker. Alhasil, ada sebagian kecil data pengunjung yang nggak terekam. Angkanya memang nggak besar, tapi buat aku yang pengen data seakurat mungkin (meskipun anonim), ini jadi PR. Aku pengen punya confidence lebih tinggi sama angka yang muncul di dashboard.
  4. Skalabilitas Harga (untuk Kasus Tertentu): Ini bukan masalah besar sih, tapi perlu dipertimbangkan. Plausible punya struktur harga berdasarkan pageview. Semakin banyak pageview, biayanya naik. Meskipun wajar, aku pengen explore opsi lain yang mungkin menawarkan value berbeda untuk traffic yang lebih besar.

Intinya, aku nggak bilang Plausible jelek ya. Plausible itu cocok banget buat segmen penggunanya. Tapi, kebutuhan dataku makin berkembang, dan aku merasa butuh "sesuatu yang lebih" tanpa harus balik ke Google Analytics yang ribet dan kurang privacy-centric.

Perkenalan dengan Fathom Analytics: Sang Pesaing yang Lebih "Ngeh"

Akhirnya, pencarianku mengarah ke Fathom Analytics. Aku sering denger namanya disebut-sebut bareng Plausible, sama-sama fokus ke privasi. Tapi, setelah aku coba-coba, ternyata Fathom ini punya beberapa edge yang bikin aku langsung jatuh hati. Fathom juga mengklaim 100% privacy-first, nggak pakai cookie, dan GDPR/CCPA compliant. Ini poin penting yang nggak bisa ditawar.

Lalu, apa bedanya Fathom sama Plausible dan kenapa Fathom bisa jadi pilihan baru? Ini dia "ini yang kamu perlu tahu" dari pengalamanku:

  1. Dashboard dan UI/UX yang Juara:

Kejernihan Data: Fathom punya dashboard yang super clean* dan mudah banget dibaca. Informasi utama langsung terpampang jelas: jumlah pengunjung, pageview, durasi kunjungan, bounce rate, dan trafik dari mana saja. Desainnya itu loh, minimalis tapi informatif. Aku seringkali cuma butuh sekilas pandang buat tahu kondisi website, dan Fathom ngasih itu dengan sangat baik. * Kustomisasi Widget: Di Fathom, kamu bisa atur sendiri widget apa aja yang mau muncul di dashboard. Ini berguna banget buat aku yang punya beberapa website dengan kebutuhan data yang beda-beda. Bisa di-drag and drop sesuka hati. * Loading Cepat: Nggak perlu nunggu lama buat dashboard-nya loading. Ini penting banget buat produktivitas.

  1. Event dan Goals yang Fleksibel dan Mudah:

Bikin Event Gampang Banget: Nah, ini salah satu fitur killer-nya Fathom! Aku bisa bikin custom events atau goals cuma dengan nambahin atribut data-fathom-event di elemen HTML. Misalnya, aku pengen ngelacak klik tombol "Download Ebook" atau submit form kontak. Tinggal tambahin atribut itu, selesai! Nggak perlu ngoprek Google Tag Manager yang ribet, nggak perlu bikin JavaScript yang kompleks. Ini bener-bener plug-and-play*. Proses ini jauh lebih intuitif dan cepat dibandingkan Plausible (yang juga bisa tapi butuh sedikit lebih banyak usaha atau pemahaman teknis). Konversi yang Jelas: Begitu event-nya terpicu, langsung muncul di dashboard sebagai konversi. Jadi, aku bisa tahu exactly* berapa orang yang ngelakuin tindakan penting di website-ku. Ini membantu banget buat evaluasi performa marketing atau CTA.

  1. Bypass Ad Blocker dengan Custom Domain:

Solusi Akurasi Data: Ini dia fitur yang bener-bener bikin aku pindah! Fathom ngasih opsi buat pakai custom domain untuk script tracking-nya. Jadi, bukannya pakai cdn.usefathom.com/script.js, aku bisa pakai analytics.namadomainku.com/script.js. Kenapa ini penting? Karena banyak ad blocker itu nge-block domain yang udah terkenal dipakai buat tracking (kayak usefathom.com atau plausible.io). Dengan custom domain, script-nya jadi terlihat kayak bagian dari website kita sendiri, sehingga lebih sulit dideteksi dan di-block oleh ad blocker. Hasilnya? Data analytics-ku jadi jauh lebih akurat. Ini peningkatan confidence* yang signifikan buatku. Aku bisa tahu bahwa angka pengunjung yang kulihat itu memang mendekati angka riil.

  1. Email Reports yang Lebih Powerfull:

Kustomisasi Laporan: Fathom punya opsi email report yang lebih detail dan bisa dikustomisasi. Aku bisa ngatur seberapa sering laporan dikirim (harian, mingguan, bulanan), data apa aja yang dimasukin, dan bahkan bisa kirim ke beberapa email sekaligus. Ini bener-bener ngebantu buat stay updated* tanpa harus selalu buka dashboard. Aku bisa kirim ringkasan ke tim atau ke klien kalau lagi kerja sama.

  1. Uptime Monitoring (Fitur Tambahan yang Berguna):

Meskipun bukan fitur utama analytics, Fathom juga menawarkan uptime monitoring sebagai add-on. Ini artinya, selain tahu siapa yang ngunjungin website, aku juga bisa tahu kapan website-ku down atau nggak bisa diakses. Ini lumayan ngebantu buat peace of mind*, meskipun aku tetap pakai tools uptime monitoring lain yang lebih spesifik. Tapi, punya opsi terintegrasi itu nilai plus.

  1. Harga dan Value:

Fathom punya struktur harga yang mirip Plausible, berdasarkan pageview. Tapi, dengan fitur-fitur tambahan seperti custom domain dan kemudahan event tracking, aku merasa value* yang didapat dari Fathom itu lebih besar untuk kebutuhan yang makin kompleks. Mereka juga punya paket yang lebih tinggi untuk trafik yang sangat besar, jadi skalabilitasnya juga terjaga.

  1. Komitmen Privasi yang Konsisten:

* Sama seperti Plausible, Fathom ini konsisten banget sama komitmen privasinya. Mereka jelasin secara transparan gimana mereka ngumpulin dan ngeproses data tanpa ngorbanin privasi pengguna. Nggak ada cookie, nggak ada IP address yang disimpan, nggak ada fingerprinting. Ini penting banget buat ngebangun kepercayaan sama pengunjung website-ku.

Sedikit Kelemahan Fathom (Supaya Fair):

Meskipun aku sekarang beralih ke Fathom, bukan berarti Fathom itu sempurna tanpa celah ya. Beberapa hal yang mungkin masih perlu diperhatikan:

Belum Ada Funnel Visualization: Ini salah satu fitur yang aku harapkan ada di Fathom. Plausible memang juga belum ada secara eksplisit, tapi untuk analisis yang lebih dalam tentang user journey, fitur funnel visualization itu penting banget buat tahu di tahap mana pengunjung banyak yang drop off*.

  • Komunitas yang Lebih Kecil: Dibandingkan Google Analytics yang komunitasnya raksasa, Fathom dan Plausible itu komunitasnya lebih niche. Kalau ada pertanyaan atau butuh tips, kadang harus gali sendiri dokumentasinya. Tapi support-nya bagus kok, biasanya cepat respons.

Siapa yang Cocok Pakai Fathom? Siapa yang Tetap Cocok Pakai Plausible?

Pengalamanku ini bisa jadi referensi, tapi bukan berarti kamu harus langsung ikutan pindah ya. Setiap tools itu punya pasarnya sendiri:

  • Plausible Analytics cocok untuk:

Pemula yang butuh analytics super simpel dan benar-benar straightforward*. * Personal blog atau project kecil yang nggak butuh fitur advanced sama sekali. * Mereka yang sangat ketat soal budget dan pageview-nya nggak terlalu besar. * Yang mau fokus 100% pada privasi tanpa pusing mikirin akurasi yang "agak" terpengaruh ad blocker.

  • Fathom Analytics cocok untuk:

* Pemilik website yang udah butuh data yang lebih akurat (dengan custom domain). Mereka yang butuh kemudahan dalam setting custom events dan goals*. * Yang punya beberapa website dan pengen dashboard yang lebih fleksibel. * Tim marketing atau developer yang butuh laporan yang bisa dikustomisasi. Skala website yang lumayan besar dan butuh confidence* data yang tinggi, tapi tetap ngutamain privasi.

Tips Memilih Tools Analytics yang Tepat untuk Kamu:

Dari pengalamanku, ini beberapa tips yang bisa kamu terapkan saat lagi bingung mau pilih tools analytics apa:

  1. Definisikan Kebutuhanmu: Apa sih yang bener-bener kamu butuhkan dari data analytics? Apakah cuma sekadar tahu jumlah pengunjung harian? Atau kamu pengen tahu performa tombol CTA? Apakah butuh laporan yang bisa dikirim otomatis ke email? Buat daftar prioritas.
  2. Prioritaskan Privasi: Kalau kamu peduli sama privasi data pengunjung, cari tools yang memang privacy-focused. Jangan cuma ikut-ikutan. Ini penting buat reputasi dan etika digitalmu. Cek apakah tools tersebut pakai cookie, gimana mereka nangani IP address, dan apakah GDPR/CCPA compliant.
  3. Cek Fitur Utama: Pastikan fitur dasar seperti pageview, unique visitors, referral sources, dan top pages itu ada dan mudah dibaca. Kalau kamu butuh fitur lanjutan kayak custom events, goal tracking, atau funnel visualization, pastikan tools pilihanmu punya.
  4. Lihat Harga dan Skalabilitas: Sesuaikan budget-mu. Perhatikan juga gimana struktur harganya kalau traffic website-mu makin gede. Apakah harganya jadi nggak masuk akal? Pilih yang scalable.
  5. Coba Dulu (Trial is Your Best Friend): Hampir semua tools analytics yang bagus nawarin free trial. Manfaatkan itu! Coba pasang di website-mu, explore dashboard-nya, dan rasakan sendiri user experience-nya. Kadang, apa yang terlihat bagus di demo, belum tentu cocok sama caramu kerja.
  6. Perhatikan Integrasi: Apakah tools tersebut bisa diintegrasikan dengan platform yang kamu gunakan (WordPress, Shopify, Next.js, dsb.)? Apakah ada API kalau kamu butuh kustomisasi lebih lanjut?
  7. Dukungan dan Komunitas: Apakah ada tim support yang responsif? Apakah ada dokumentasi yang lengkap? Komunitas yang aktif juga bisa jadi nilai plus kalau kamu butuh bantuan dari pengguna lain.

Penutup: Ini Bukan Akhir, Tapi Sebuah Perjalanan

Mengganti tools analytics itu bukan cuma sekadar ganti nama, tapi juga adaptasi ke workflow baru dan cara pandang data yang berbeda. Bagiku, beralih dari Plausible ke Fathom Analytics ini adalah langkah yang pas buat memenuhi kebutuhan data website-ku yang makin berkembang, tanpa harus mengorbankan prinsip privasi yang aku pegang. Aku bisa dapat data yang lebih akurat, fitur yang lebih fleksibel, dan kemudahan setting yang bikin hidupku sebagai digital creator lebih gampang.

Semoga cerita pengalamanku ini bisa ngebantu kamu yang lagi galau mau pilih tools analytics apa. Yang paling penting, pilih tools yang paling cocok sama kebutuhanmu dan bisa bikin kamu nyaman dalam menganalisis data. Karena pada akhirnya, data itu ada buat ngebantu kamu bikin keputusan yang lebih baik, bukan malah bikin pusing kepala. Tetap semangat berkarya ya!

Read more